Studi Kasus : Manusia dan Keindahan

MANUSIA DAN KEINDAHAN
Manusia adalah makhluk sosial, dimana manusia juga tidak bisa hidup tanpa bantuan dari orang lain. Manusia pada hakikatnya adalah makhluk yang diciptakan tuhan, dan merupakan makhluk paling sempurna di muka bumi ini. Manusia diciptakan oleh tuhan YME memiliki akal dan pikiran, oleh karena itu manusia dapat menggunakan akal dan pikirannya untuk melakukan suatu hal, dan pada akhirnya terciptalah manusia yang adil yang menggunakan akal dan pikirannya dengan baik.
Keindahan berasal dari kata indah, yang artinya bagus, permai, cantik, elok, molek, dan sebagainya. Keindahan adalah identik dengan kebenaran. Keindahan adalah kebenaran dan kebenaran adalah keindahan. Keduanya mempunyai nilai yang sama yaitu abadi, dan mempunyai daya tarik yang selalu bertambah. Yang tidak mengandung keindahan berarti tidak indah. Keindahan juga bersifat universal, artinya tidak terikat oleh selera perorangan, waktu dan tempat, selera mode, kedaerahan atau lokal.
Apakah Keindahan Itu?
Keindahan adalah sesuatu konsep abstrak yang tidak dapat dinikmati, keindahan bisa dinikmati melalui suatu karya. Dengan kata lain keindahan dapat dinikmati jika dihubungkan dengan suatu bentuk.




Contoh Kasus:
Saat Keindahan Gunung Rinjani Diganggu Kotoran Manusia
Lombok - Mendaki gunung kini mulai menjadi gaya hidup. Gunung tak lagi sunyi, hampir selalu ada pendaki setiap harinya, terlebih pada musim liburan.
Sayangnya tak semua pendaki memahami etika dan ilmu tentang pendakian. Dalam hal etika misalnya, masih banyak sampah yang berserakan di beberapa titik, khususnya di dekat pos atau camp area. Kondisi ini terlihat di hampir semua gunung favorit di Indonesia, salah satunya Gunung Rinjani.
Padahal pengelola Taman Nasional Gunung Rinjani telah memasang banyak plang peringatan agar tidak membuang sampah sembarangan. Selain itu, banyak pendaki yang buang air besar sembarangan sehingga mengganggu pendaki lain. Mereka membuang hajat di semak-semak namun dibiarkan begitu saja tanpa ditutup tanah. Bahkan ada yang membuang hajat di dekat jalur pendakian.
"Payah banget. Rinjani banyak ranjau (kotoran manusia). Keindahannya yang luar biasa, ternodai oleh tingkah manusianya," ujar Dian (26) salah satu pendaki Gunung Rinjani, Senin (9/5/2016).
Kondisi ini terlihat di jalur pendakian Sembalun setelah pos 3 hingga Plawangan, camp area terakhir sebelum menuju ke puncak. Kemudian dari Plawangan menuju ke Segara Anakan, hingga jalur pendakian Senaru juga banyak dijumpai kotoran manusia.
Menurut para porter yang merupakan warga lokal, kondisi semacam ini sudah terjadi sejak beberapa tahun yang lalu. Semakin lama, pendaki semakin banyak, namun kesadaran lingkungannya masih kurang.
"Jangankan pendaki, porter dari jalur lain juga banyak yang tidak bawa sampahnya turun ke bawah," kata Miski (19), porter Gunung Rinjani asal Sembalun.
Namun demikian, keindahan Gunung Rinjani tetap tak terkalahkan. Mendaki melalui jalur Sembalun yang dipenuhi savana dan turun melalui jalur Senaru yang dipenuhi pohon-pohon tinggi khas hutan hujan tropis, menyajikan pengalaman tak terlupakan.
Apalagi keindahan Danau Segara Anakan di ketinggian 2.010 MDPL yang sungguh luar biasa. Di sekitar danau, para pendaki dapat berendam air panas yang mengandung belerang. Rasa lelah setelah melakukan pendakian di ketinggian 3.726 MDPL langsung hilang begitu menceburkan diri di sana. Sungguh nikmat yang luar biasa.
"Kapan lagi kita bisa mandi air panas di tengah gunung kalau tidak di Rinjani? Ayo manjakan dirimu!," ujar salah seorang pendaki asal Surabaya, Ardi di Gunung Rinjani beberapa waktu lalu.
Sumber Berita:
http://news.detik.com/berita/3205769/saat-keindahan-gunung-rinjani-diganggu-kotoran-manusia
Artikel : http://09pandhika.blogspot.com/2015/05/manusia-dan-keindahan.html
Hasil Studi Kasus:
Berita diatas membuktikan bahwa dalam menjaga keindahan manusi masih susah untuk melakukannya. Terlihat dari kotoran yang berserakan di sepanjang jalan menuju puncak gunung. Hal ini dapat mengganggu kenyaman pengguna jalan tersebut. Padahal sangat disayangkan keindahan alam yang terpampang dengan jelas di depan mata harus tercemar dengan kotoran.

Keindahan pada dasarnya adalah almiah. Alam itu ciptaan tuhan. Ini berarti bahwa keindahan itu ciptan tuhan. Keindahan menyangkut kualita hakiki dari segala benda yang mengandung kesatuan (unity), keselarasan (harmony), kesetangkupan (symetri), keseimbangan (balance), dan pertentangan (contrast). Dari ciri-ciri itu diambil kesimpulan,bahwa keindahan tersusun dari keselarasan dan pertentangan dari garis, warna, bentuk, nada dan kata-kata. Keindahan adalah kebenaran dan kebenaran adalah keindahan. Dua hal yang indah yang selalu berdampingan. Dua hal tersebut juga berdampingan dengan Manusia. Manusia diberikan keindahan yang sangat luar biasa oleh Tuhan Yang Maha Esa. Oleh sebab itu, manusia diharapkan untuk selalu menjaga keindahan-keindahan yang dimilikinya, yang ada pada dirinya agar senantiasa keindahan tersebut dapat berguna dan dinikmati oleh semua orang, serta untuk mengetahui suatu keindahan dibutuhkan hal-hal seperti renungan, keserasian, kehalusan dan kontemplasi.

Studi Kasus : Manusia dan Cintakasih

MANUSIA DAN CINTA KASIH
Cinta merupakan pengalaman yang sangat menarik yang pernah kita alami dalam hidup ini. Sangat disesali, orang pada umumnya masih bingung akan apakah cinta itu sesungguhnya. Kebingungan mereka semakin bertambah ketika dunia perfilman memperkenalkan arti cinta yang salah dimana penekanan akan cinta selalu dititik beratkan pada perasaan dan cerita romantika.
Dari jaman dulu sampai sekarang hakikat cinta kasih masih menjadi perbincangan yang tidak dibatasi secara jelas dengan makna yang luas pula.Walaupun, sulit juga untuk diungkapkan dan diingkari bahwa cinta adalah salah satu kebutuhan hidup manusia yang cukup fundamental.Begitu fundamentalnya sampai-sampai membawa Khalil Gibran, seorang punjagga terkenal, berpendapat bahwa “Cinta hanyalah sebuah kemisterian”.Cinta sangat erat dalam kehidupan dan tidak bisa di pisahkan dalam kehidupan. Tidak pernah selintas pun orang berpikir bahwa cinta itu tidak penting. Mereka haus akan cinta, mereka butuh akan cinta.
Kendati pun demikian, hampir setiap orang tidak pernah berpikir tentang apa dan bagaimana cinta itu. Padahal berpikir tentang apa dan bagaimana cinta itu,  cinta bisa diibaratkan sebagai suatu seni yang sebagaimana bentuk seni lainnya sangat memerlukan pengetahuan dan latihan untuk bisa menggapainya.
Begitupun dengan kasih sering sekali kita terkecoh bahkan sulit untuk membedakan cinta dan kasih itu sendiri. Oleh karena itu, penulis sangat tertarik mengambil judul makalah Manusia dan Cinta Kasih, agar dapat membantu kita semua untuk lepas dari ketidak jelasan Cinta Kasih yang selalu menjadi bahan perenungan, diskusi, cerita yang tidak pernah ada akhirnya.




Contoh Kasus:
Kunjungan Kasih Pasien Kasus : Cinta Kasih untuk Pasien

Tanggal 16 Maret 2014, relawan He Qi Barat melakukan kunjungan kasih ke rumah penerima bantuan pengobatan Tzu Chi.
“Jika di dalam kehidupan terdapat cinta kasih, bisa bersatu hati dan saling membantu, maka hidup tidak akan terasa kesepian.” Begitulah sepenggal kata perenungan Master Cheng Yen yang menyiratkan bahwa dengan cinta kasih, maka hidup akan menjadi lebih berarti dan tidak kesepian. Hal itulah yang dapat kita lihat ada dalam jalinan jodoh antara Husnah dengan insan Tzu Chi. Husna merupakan salah satu pasien bantuan biaya pengobatan Tzu Chi He Qi Barat. Ia  divonis menderita kanker payudara pada awal tahun lalu. Ekonomi yang sulit sempat membuat Husnah berpasrah pada penyakitnya ini. Namun, jodohnya dengan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia membuat dirinya bangkit dan bersemangat melakukan pengobatan.
Awalnya, Husnah merasakan ada yang aneh dengan bentuk payudaranya. Setelah diperiksakan ke dokter, Husnah  ternyata divonis menderita kanker payudara stadium 3. Vonis itu begitu mengguncang perasaan wanita berusia 59 tahun ini. Ia tak menyangka ada penyakit yang begitu berbahaya dan mematikan bersarang di tubuhnya.  Perasaan takut, sedih dan juga khawatir berkecamuk dalam hati ibu rumah tangga ini.
Biaya pengobatan adalah salah satu yang dikhawatirkan Husnah. Kehidupan yang pas-pas an dan usia yang sudah lanjut membuat dirinya tak bisa berharap mendapatkan pengobatan yang maksimal. Biaya pengobatan pada waktu itu masih terasa sangat berat baginya walaupun ia telah mendapat potongan 50% dari RSCM karena Husnah memiliki SKTM (Surat Keterangan Tidak Mampu).
Jodoh baik mempertemukan Husnah dengan Tzu Chi di masa sulit hidupnya itu. Jodoh baik ini disambungkan oleh salah satu putri Husnah, Lia yang mengadukan perihal penyakit ibunya kepada salah satu dokter yang ia kenal. Dokter inilah yang kemudian menyarankan Husnah untuk meminta bantuan kepada Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia.
Relawan Tzu Chi yang pada saat itu datang mensurvei menyarankan agar Husnah mengurus KJS (Kartu Jakarta Sehat). Ternyata dengan KJS, Husnah mendapat keringanan biaya pengobatan hingga 100%. Itu berarti, perempuan yang telah memiliki 3 cucu ini sudah tidak perlu pusing lagi akan biaya pengobatan yang begitu besar.
Namun, biaya transportasi ke RSCM ternyata juga menjadi beban pemikiran Husnah. Dalam sebulan Husnah harus sering bolak balik untuk melakukan kontrol dan kemoterapi. Di sinilah kemudian Tzu Chi memberikan bantuan pada Husnah. Relawan memutuskan untuk membantu Husnah biaya transportasi ke RSCM setiap bulannya.
Description: foto   Description: foto
Keterangan :
  • Para relawan mendapatkan briefing terlebih dahulu sebelum berkegiatan. Tidak hanya itu, ada juga hiburan berupa gerakan isyarat tangan (kiri).
  • Relawan berkunjung ke rumah Husnah, menanyakan kabar dan memberikan semangat kepadanya (kanan).
Selain memberikan bantuan secara materi, relawan Tzu Chi juga senantiasa memberikan perhatian kepada Husnah. Meity Santosoadalah relawan yang memegang kasus Husnah sehingga ia senantiasa menjaga komunikasi dengan Husnah. Pernah satu kali Husnah merasa sudah tidak kuat dan ingin berhenti melakukan kemoterapi. Husnah merasa mual-mual dan sekujur tubuhnya sakit. Rambutnya yang dulu lebat juga seketika rontok hingga botak hanya dalam 1 kali kemoterapi. Tubuhnya yang dulu gemuk juga menjadi kurus. Akibat penderitaan yang sangat itu, Husnah memutuskan untuk berhenti setelah melakukan beberapa kali kemoterapi.
Meity yang saat itu dikabari segera membujuk Husnah untuk melanjutkan pengobatan. Meity terus memberikan semangat kepada Husnah. Meity  mengatakan bahwa Husnah harus bersyukur masih banyak bantuan yang memungkinkan dirinya untuk berobat secara maksimal. Dengan dukungan insan Tzu Chi inilah, maka Husnah pun kembali melakukan kemoterapi sebanyak 6 kali sampai akhinya pada bulan Juli 2013 lalu, ia melakukan operasi pengangkatan payudara sebelah kirinya. Selama proses tersebut, Insan Tzu Chi selalu mendampingi dan memantau terus perkembangan kesehatan Husnah.
Pada Minggu, 15 Maret 2014, Insan Tzu Chi kembali berkunjung ke rumah Husnah dalam kegiatan Kunjungan Kasih Pasien Kasus. Meity bersama 6 relawan lain datang ke rumah Husnah di daerah Tomang. Husnah menyambut relawan dengan senyuman lebar yang penuh kehangatan. Tubuhnya kini sudah kembali gemuk dan rambutnya pun sudah tumbuh kembali. “Saya bersyukur bisa ada Yayasan Buddha Tzu Chi yang mau bantu saya sampai sekarang membaik.”, ujarnya dalam sela-sela perbincangan dengan relawan.
Menurut Meity, Husnah adalah pribadi yang penuh dengan semangat untuk sembuh. Husnah dan keluarga juga selalu menghargai dan mempertimbangkan saran yang diberikan relawan. Mereka juga selalu memberi kabar tentang perkembangan Husnah. Kunjungan dan telepon Meity  juga selalu diterima dengan baik. Kerjasama yang diberikan keluarga inilah yang membuat relawan dapat lebih optimal dalam memberikan perhatiannya kepada pasien.
“Saya bilang relawan Buddha Tzu Chi baik semuanya. Selalu merhatiin dan semangatin saya. Kita sih bukan soal materi atau apa, tapi ditengok saja saya sudah senang, ditelepon juga senang sekali.”, ungkap Husnah diakhir kunjungan relawan. Hari itu, terlihat sekali keceriaan di wajah Husnah saat diajak bicara dan bercanda oleh relawan. Dalam kunjungan singkat selama satu jam itu, Husnah terus tertawa, begitupun dengan relawan. Semua terlihat bahagia dan sangat akrab.
Husnah mengucapkan banyak terimakasih atas perhatian relawan yang tidak pernah putus dari awal pengobatan sampai kini. Memang hal itulah yang membedakan Tzu Chi dengan Yayasan Sosial lain. Tzu Chi tidak hanya memberikan bantuan materi, tapi juga memberikan bantuan lain yaitu perhatian dan kasih sayang kepada pasien. Relawan Tzu Chi berusaha bukan hanya menyembuhkan fisik, tapi juga batin pasien melalui cinta kasih yang murni. Master Cheng Yen berkata bahwa senyuman, kelemahlembutan, pemberian perhatian, dan sumbangsih adalah pernyataan cinta kasih. Hal itulah yang menjadi dasar cinta kasih setiap insan Tzu Chi kepada para pasien.

Sumber Berita:
http://www.tzuchi.or.id/read-berita/kunjungan-kasih-pasien-kasus-cinta-kasih-untuk-pasien/4549

Hasil Studi Kasus:
            Cintakasih dapat dilakukan dengan perbuatan yang bersifat sosial dan kemanusian. Contohnya saling tolong menolong, kerja bakti, saling tepo seliro. Kasus diatas adalah bukti dari cintakasih yang bersifat sosial.
            Selain memberikan bantuan secara materi, relawan Tzu Chi juga senantiasa memberikan perhatian kepada Husnah. Meity Santosoadalah relawan yang memegang kasus Husnah sehingga ia senantiasa menjaga komunikasi dengan Husnah.
Maka dapat disimpulkan kesimpulan :

  1. Manusia pada hakikatnya tidak akan dapat terpisahkan dari Cinta kasih dan sayang
  2. Cinta kasih Ideal itu adanya tiga unsur yaitu keterikatan, keintiman dan kemesraan atau sering juga di sebut Segitiga Cinta yang satu sama lain harus sinergi, selaras, seimbang satu sama lain.
  3. Cinta dan kasih mengandung arti yang hamper sama, tapi antara keduanya terdapat perbedaan, yaitu cinta lebih mengandung pengertian tentang rasa yang mendalam sedangkan kasih meupakan pengungkapan untuk mengeluarkan rasa mengarah kepada yang dicintai.
  4. Cinta itu mulia, bisa sangat indah, cinta itu sebuah kebahagiaan, tetapi manakala cinta itu tidak sesuai dengan apa yang diharpakan, apa yang diperkirakan dan apa yang didambakan bertolak belakang dari kenyataaan yang sudah terlanjur tercipta dalam angan-angan maka cinta bisa sangat menyakitkan dan menimbulkan penderitaan yang luar biasa.

Studi Kasus : Ilmu Budaya Dasar dan Kesustraan

ILMU BUDAYA DASAR DAN KESUSTRAAN

Ilmu Budaya Dasar secara sederhana adalah pengetahuan yang diharapkan mampu memberikan pengetahuan dasar dan umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah manusia dan kebudayaan . Suatu karya dapat saja mengungkapkan lebih dari satu masalah, sehingga ilmu budaya dasar bukan ilmu sastra, ilmu filsafat ataupun ilmu tari yang terdapat dalam pengetahuan budaya, tetapi ilmu budaya dasar menggunakan karya yang terdapat dalam pengetahuan budaya.

Pengetahuan budaya mengkaji masalah nilai-nilai manusia sebagai mahluk berbudaya (homo humanus). Sedangkan ilmu budaya dasar bukan ilmu tentang budaya, melainkan mengenai pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep.

Pokok-pokok yang terkandung dari beberapa devinisi kebudayaan:
1.     Kebudayaan yang terdapat antara umat manusia sangat beragam.
2.     Kebudayaan didapat dan diteruskan melalui pelajaran.
3.     Kebudayaan terjabarkan dari komponen-komponen biologi, psikologi dan sosiologi.
4.     Kebudayaan berstruktur dan terbagi dalam aspek-aspek kesenian, bahasa, adat istiadat, budaya daerah dan budaya nasional.

Ilmu Budaya Dasar Merupakan Pengetahuan Tentang Perilaku Dasar-Dasar Dari Manusia. Unsur-unsur kebudayaan:
1.     Sistem Religi/ Kepercayaan.
2.     Sistem organisasi kemasyarakatan.
3.     Ilmu Pengetahuan.
4.     Bahasa dan kesenian.
5.     Mata pencaharian hidup.
6.     Peralatan dan teknologi.

Karya sastra adalah penjabaran abstraksi,namun filsafat yang menggunakan bahasa juga disebut abstrasi. Maka abstrak adalah cinta kasih, kebahagian, kebebasan dan lainnya yang digarap oleh filsafat. Dalam kesusastraan IBD dapat dihubungkan meliputi: Bahasa, Agama, Kesusastraan, Kesenian dll. Mengikuti pembagian ilmu pengetahuan seperti tersebut diatas maka Ilmu Sosial Dasar dan Ilmu Budaya Dasar adalah satuan pengetahuan yang dikembangkan sebagai usaha pendidikan.

Konsep-konsep sosial dibatasi pada konsep dasar atau elementer saja yang sangat diperlukan utntuk mempelajari masala-masalah social yang dibahas dalam ilmu pengetahuan sosial, contohnya: Keanekaragaman dan konsep kesatuan sosial bertolak .

Tanpa ada maksud menciptakan dikotomi dalam kesusastraan, ada perbedaan antara literatur biasa dengan sastra. Sastra memiliki sense of love yang lebih representatif. Sebagai contoh, literatur ekonomi dapat saja mencatat angka-angka.

Ada benang merah yang menyatukan konsep kebudayaan kita. Tidak heran apabila para pendiri bangsa mampu melebur diri dalam Bhineka Tunggal Ika. Kearifan budaya lokal masih kuat.

Sastra berasal dari kata castra berarti tulisan. Dari makna asalnya dulu, sastra meliputi segala bentuk dan macam tulisan yang ditulis oleh manusia, seperti catatan ilmu pengetahuan, kitab-kitab suci, surat-surat, undang-undang, dan sebagainya.

Sastra dalam arti khusus yang kita gunakan dalam konteks kebudayaan, adalah ekspresi gagasan dan perasaan manusia. Jadi, pengertian sastra sebagai hasil budaya dapat diartikan sebagai bentuk upaya manusia untuk mengungkapkan gagasannya melalui bahasa yang lahir dari perasaan dan pemikirannya. Secara morfologis, kesusastraan dibentuk dari dua kata, yaitu su dan sastra dengan mendapat imbuhan ke- dan -an. Kata su berarti baik atau bagus, sastra berarti tulisan. Secara harfiah, kesusastraan dapat diartikan sebagai tulisan yang baik atau bagus, baik dari segi bahasa, bentuk, maupun isinya.

Contoh Kasus :
Okky Madasari dan sastra penggugah kesadaran

Okky Madasari, penulis novel dan pemenang penghargaan sastra Khatulistiwa 2012 melalui novelnya yang berjudul Maryam, dikenal melalui karya-karyanya yang sarat kritik sosial.
Melalui novel Maryam (2012), perempuan kelahiran 1984 ini mengungkap pengusiran warga penganut Islam Ahmadiyah oleh kelompok penentangnya di Nusa Tenggara Barat.
Dan tiga novel karyanya, Entrok (2010), 86 (2011) dan Pasung Jiwa (2013) yang masuk nominasi penghargaan tersebut, juga bergenre realis.
"Sejak awal saya percaya bahwa karya sastra itu seharusnya bisa menyuarakan persoalan-persoalan dalam masyarakat," kata Okky Madasari dalam wawancara khusus dengan wartawan BBC Indonesia, Heyder Affan, Jumat (27/03) di kediamannya.
"Saya tentu membuat cerita bukan sekedar untuk senang-senang, bukan sekedar sebagai hiburan, atau justru sebagai pengantar tidur," lanjut mantan wartawan ini.
Hak atas foto okkymadasari.net Image caption Okky Madasari (kanan) dalam sebuah festival sastra di Prancis, Oktober 2014, yang antara lain membahas karya-karyanya.
Dengan kalimat bernada tegas, ibu satu anak ini meyakini bahwa ketika dirinya menulis karya sastra seharusnya bisa menggugah kesadaran pembacanya.
"Bisa memberi perspektif baru bagi pembaca, bisa melahirkan jiwa-jiwa baru bagi pembaca, sehingga kita bisa mengubah kondisi yang ada," jelas Okky yang mengaku sangat dipengaruhi Pramoedya Ananta Toer ini dan karya-karyanya.
("Keteguhan hati dan ketetapan sikap dan bagaimana kita memiliki posisi yang jelas dalam berbagai persoalan masyarakat," ungkapnya lebih lanjut, tentang tauladan yang dia peroleh dari sosok Pramoedya Ananta Toer)
Dia mengakui karya sastra bekerja sangat pelan, sangat individual. Dia lantas mencontohkan ketika dia menulis buku Maryam yang dilatari pengusiran umat Islam Ahmadiyah di Nusa Tenggara Barat.
Hak atas foto okky madasari.net Image caption Tiga novel karya Okky Madasari yang telah diterjemahkan dalam bahasa Inggris.
"Tidak bisa kemudian apa yang terjadi di sana kemudian dihentikan. Itu bukan tugas karya sastra," tandas perempuan kelahiran Magetan, Jawa Timur, 30 Oktober 1984 ini.
Bikin mural puisi
Bagaimanapun, sebagai penulis, Okky mengaku terkadang dihadapkan pada situasi yang membuat dirinya bertanya-tanya apakah pesan dalam karyanya sampai dan diterima oleh pembacanya.
Dengan nada suara agak tercekat, dia kemudian mencontohkan situasi batinnya ketika dia menulis novel Maryam yang berlatar pengusiran warga Islam Ahmadiyah.
"Itu saya tulis pada tahun 2012 dan sampai saat ini mereka masih tinggal di pengungsian yang sama. Nah itu kan melahirkan pertanyaan besar: 'aduh, ada gunanya nggak sih (menulis novel tersebut)', perlukah saya menulis ini, toh mereka masih berada di situasi yang sama," akunya.
Image caption Ditanya apakah dia pernah "tergoda" untuk melangkah lebih jauh, misalnya unjuk rasa, ketika menyadari sisi "kelemahan" karya sastra, Okky mengatakan: "Selain menulis sastra, saya juga mencoba untuk menuangkan kegelisahan-kegelisahan saya melalui berbagai aktivitas."
Tetapi, sambungnya cepat-cepat, "sastra bekerja dengan pelan-pelan dan dalam waktu yang tidak cepat." Nada suara Okky kembali seperti sedia kala.
Di sinilah, akunya, menjadi tugas jurnalistik melakukan dorongan agar pemerintah melakukan memperhatikan nasib para pengungsi Islam Ahmadiyah tersebut.
"Yang saya lakukan adalah tetap menghadirkan sebuah cerita yang tentu memiliki dampak besar jika para pengambil keputusan itu membacanya," katanya.
Di sisi lain, menurutnya, Okky tetap meyakini bahwa karya-karyanya mampu mempengaruhi para pembacanya. "Bagaimana mereka sekarang lebih bisa menerima perbedaan, misalnya."
Hak atas foto okky madasari.net Image caption Okky Madasari mengatakan: "Dunia digital sudah melahirkan banyak sekali penulis muda yang tidak bisa dipandang sebelah mata."
Ditanya apakah dia pernah "tergoda" untuk melangkah lebih jauh, misalnya unjuk rasa, ketika menyadari sisi "kelemahan" karya sastra, Okky mengatakan: "Selain menulis sastra, saya juga mencoba untuk menuangkan kegelisahan-kegelisahan saya melalui berbagai aktivitas."
"Seperti waktu saya dan teman-teman Yayasan Muara, membuat mural-mural puisi di titik-titik strategis di Jakarta. Ada puisi Widji Thukul, puisi Rendra. Itu 'kan cara membuat orang yang jauh dari membaca sastra, itu bisa seperti diingatkan," ungkap istri Abdul Khalik ini.
Pada Februari 2014 lalu, Okky juga menggelar acara Run to remember untuk mengingatkan masyarakat dan memotivasi anak muda untuk bergerak menuntut penuntasan kasus-kasus pelanggaran HAM di Indonesia.
Sastra di dunia internet
Festival Sastra Asean atau Asean Literary Festival 2015, yang digelar pertengahan Maret lalu, mengungkit kembali isu sensitif di kalangan penikmat sastra yaitu tentang karya sastra anak-anak muda yang dilahirkan melalui media internet.
Hak atas foto okkymadasari.net Image caption Okky Madasari (kanan) dalam acara peluncuran novel "Pasung Jiwa" pada 2013 lalu.
"Apakah digital media menjadi ancaman atau menjadi alat membantu mengembangkan sastra," kata Okky, pendiri acara tersebut, tentang isu utama dalam diskusi-diskusi di acara tersebut.
Alih-alih mempertanyakan, Okky malah mendukung keberadaan karya sastra anak muda yang tumbuh dan berkembang melalui media sosial.
"Dunia digital sudah melahirkan banyak sekali penulis muda yang tidak bisa dipandang sebelah mata," katanya.
Sejumlah penulis muda yang menulis di media sosial, kata Okky, karya-karyanya lebih cepat menyebar dan banyak dibaca oleh khalayak.
"Nah, yang seperti ini tidak bisa kita menganggap remeh lalu mengatakan ini 'Ah ini 'kan karya internet'."
Hak atas foto okkymadasari.net Image caption Okky Madasari dan suaminya, Abdul Khalik, dalam sebuah acara.
Justru sebaliknya, lanjutnya, dirinya dan kawan-kawannya kemudian memberi ruang agar karya-karya "internet" ("yang berkualitas, tentu saja,"kata Okky) seperti itu diakomodasi dalam festival sastra tersebut.
"Dan akhirnya bisa menjadi bagian penting dari produk budaya zaman ini, karena internet adalah sesuatu yang tidak bisa kita abaikan," tandasnya.
Penulis muda tidak mendapat tempat
Ditanya apakah ini artinya selama ini para penulis muda --yang menuliskan karya-karyanya di media sosial ini-- kurang mendapat tempat di dunia sastra Indonesia kontemporer, Okky mengatakan "betul sekali".
Seraya menyebut beberapa nama penulis muda yang beberapa diantaranya masuk nominasi sebuah penghargaan sastra, Okky mengatakan: Masih jarang sekali kesempatan yang membuat mereka diketahui "apa yang mereka pikirkan di balik karya-karyanya."
Hak atas foto okkymadasari.net Image caption Sebagai novelis, Okky Madasari dikenal sebagai penulis produktif, yang ditandai kelahiran empat novelnya dalam rentang waktu empat tahun.
Yang terjadi kemudian, katanya, tampilnya kembali para penulis lama melalui karya-karyanya. "Ada istilah 4 L: Lu lagi, lu lagi, lu lagi, lu lagi," ujar Okky dan disusul tawa kecil.
Situasi seperti inilah yang tidak dia inginkan terulang lagi dalam festival sastra yang digelarnya itu. "Kami ingin memberi peluang sebesar-besarnya kepada mereka yang masih belum mendapat kesempatan."
Tetapi bukankah tidak semua karya sastra anak-anak muda tidak semua berkualitas? Tanya saya.
"Memang tidak terlalu banyak, tapi setidaknya karya-karya penulis yang berkualitas sudah coba kita hadirkan dalam dua tahun penyelenggaraan Asean Literaly Festival," katanya.
Image caption "Baru saat saya di Jakarta, saya menjadi wartawan, saya menghabiskan seluruh waktu saya untuk membaca karya sastra," jelas pengagum karya-karya penulis Rusia, Leo Tolstoy.
"Memang jumlahnya tidak terlalu banyak, tapi saya pikir harus selalu ada, akan selalu ada dan tetap akan kami hadirkan dalam festival ini dari tahun ke tahun," kata Okky.
Rahasia menulis produktif
Sebagai novelis, Okky Madasari dikenal sebagai penulis produktif, yang ditandai kelahiran empat novelnya dalam rentang waktu empat tahun.
"Dalam rentang empat tahun itu, saya memang sangat fokus menulis novel," aku lulusan jurusan Hubungan Internasional, UGM, Yogyakarta ini.
Walaupun dia mengerjakan novel-novel itu sambil menyelesaikan kuliah pasca sarjana di Universitas Indonesia, dia mengaku tidak disibukkan kegiatan lain seperti bekerja.
Rahasia lainnya? Tanya saya. "Saya membuat bagaimana menulis itu sebagai sebuah kebutuhan utama saya setiap hari. Jadi saya menulis hampir separoh waktu saya setiap hari."
Hak atas foto okky madasari.net Image caption "Keteguhan hati dan ketetapan sikap dan bagaimana kita memiliki posisi yang jelas dalam berbagai persoalan masyarakat," ungkapnya lebih lanjut, tentang tauladan yang dia peroleh dari sosok Pramoedya Ananta Toer
Lainnya? "Konsistensi dalam mengelola perhatian, dalam mengelola energi dan tenaga. Karena novel ini sebuah karya yang ditulis dalam waktu satu atau dua hari. Dalam kasus saya, menulis novel itu dibutuhkan tiga bulan."
"Nah, bagaimana kita mengatur, mengelola emosi, energi, perhatian kita untuk tetap menulis novel itu," ungkapnya seraya menambahkan, internet merupakan "godaan" besar konsentrasinya dalam menyelesaikan novelnya.
Membaca novel pemenang Nobel
"Barangkali saya akan lebih dini berkenalan dengan sastra," jawab Okky saat saya tanya: apa yang akan dia lakukan jika dia diberi kewenangan untuk mengulang waktu.
Dia kemudian mengungkap pengalaman masa kecilnya di kota Magetan, Jawa Timur, yang disebutnya sulit mengakses karya-karya sastra berkualitas, karena "tidak ada toko buku, perpustakaan dan buku-buku bagus yang saya kenal."
"Sementara di sekolah, tidak didorong untuk membaca sastra. Paling hanya kutipan-kutipan satu paragraf yang ada di buku pelajaran," akunya.
Walaupun kemudian dia mendapatkan akses lebih besar terhadap dunia sastra, saat kuliah di jurusan Hubungan Internasional, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Okky mengaku belum mempunyai perhatian dan kesadaran untuk membaca karya sastra.
Image caption "Saya membuat bagaimana menulis itu sebagai sebuah kebutuhan utama saya setiap hari. Jadi saya menulis hampir separoh waktu saya setiap hari," kata Okky Madasari tentang "rahasia" menulis produktif.
"Baru saat saya di Jakarta, saya menjadi wartawan, saya menghabiskan seluruh waktu saya untuk membaca karya sastra," jelas pengagum karya-karya penulis Rusia, Leo Tolstoy.
Namun demikian, akunya, rentang waktu keintimannya dengan bacaan sastra itu "masih belum cukup". "Tentu banyak sekali karya (sastra) yang belum sempat saya baca," katanya.
"Jadi barangkali jika saya bisa mengulang waktu, saya mau memulai membacanya (karya sastra) mulai sekolah dasar."
"Saya pikir, kalau saya bisa membacanya sejak sekolah dasar, saya bisa menghasilkan karya yang lebih bagus," kata Okky dan kemudian tertawa kecil.
Image caption Mengapa dia ingin menuntaskan membaca buku-buku sastra peraih Nobel sastra, Okky berkata: "Proses ketika saya intens membaca karya sastra itu yang memberi pengaruh saya terhadap kemampuan saya menulis karya sastra."
Seraya menunjuk koleksi buku-bukunya di rak, Okky lantas berkata bahwa dirinya belum membaca semua buku-buku miliknya, diantaranya adalah buku-buku pemenang Nobel sastra dari tahun ke tahun.
("Kadang 'kan kita membeli buku, karena saya ingin membaca seluruh buku-buku Nobel sastra. Kami sudah memilikinya, tapi belum semuanya sempat terbaca, karena kendala waktu dan energi juga," katanya.)
Mengapa dia ingin menuntaskan membaca buku-buku sastra peraih Nobel sastra, Okky berkata: "Proses ketika saya intens membaca karya sastra itu yang memberi pengaruh saya terhadap kemampuan saya menulis karya sastra."
Sumber berita:
http://www.bbc.com/indonesia/majalah/2015/04/150406_bincang_okkymadasari_senibudaya
Artikel diambil dari : https://radityakurnianto.wordpress.com/college-assignments/8th-semester/konsep-ilmu-budaya-dasar-dalam-kesusastraan/

Hasil Studi Kasus:
            Keutuhan manusia sebagai pribadi dapat dimungkinkan melalui pemahaman, penghayatan, dan meresapkan nilai-nilai yang terkandung dalam suatu karya seni rupa sebagai salah satu bagian dari kebudayaan. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang dianugerahi pikiran, perasaan dan kemauan secara naluriah memerlukan prantara budaya untuk menyatakan rasa seninya, baik secara aktif dalam kegiatan kreatif, maupun secara pasif dalam kegiatan apresiatif.
            Dalam menyebarkan karyanya penulis memiliki keteguhan hati yang kuat. Mana kala karyanya akan mendapatkan banyak respons dapat berupa pro dan kontra.
("Keteguhan hati dan ketetapan sikap dan bagaimana kita memiliki posisi yang jelas dalam berbagai persoalan masyarakat," ungkapnya lebih lanjut, tentang tauladan yang dia peroleh dari sosok Pramoedya Ananta Toer) dikutip dari berita diatas.
Karya sastra bekerja sangat pelan, sangat individual. Lantas mencontohkan ketika penulis menulis buku Maryam yang dilatari pengusiran umat Islam Ahmadiyah di Nusa Tenggara Barat.
Sastra berasal dari kata castra berarti tulisan. Dari makna asalnya dulu, sastra meliputi segala bentuk dan macam tulisan yang ditulis oleh manusia, seperti catatan ilmu pengetahuan, kitab-kitab suci, surat-surat, undang-undang, dan sebagainya. Masalah sastra dan seni sangat erat hubungannya dengan ilmu budaya dasar, karena materi-materi yang diulas oleh ilmu budaya dasar ada yang berkaitan dengan sastra dan seni.Budaya Indonesia sanagat menunjukkan adanya sastra dan seni didalamnya.

  1. Kenyataan bahwa bangsa indonesia berdiri atas suku bangsa dengan segala keanekaragaman budaya yg tercemin dalam berbagai aspek kebudayaannya, yg biasanya tidak lepas dari ikatan2 primordial, kesukaan, dan kedaerahan .
  2. Proses pembangunan yg sedang berlangsung dan terus menerus menimbulkan dampak positif dan negatif berupa terjadinya perubahan dan pergeseran sistem nilai budaya sehingga dengan sendirinya mental manusiapun terkena pengaruhnya .
  3. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menimbulkan perubahan kondisi kehidupan mausia, menimbulkan konflik dengan tata nilai budayanya, sehingga manusia bingung sendiri terhadap kemajuan yg telah diciptakannya.
Write here, about you and your blog.
 
Copyright 2009 Siti Evi N All rights reserved.
Free Blogger Templates by DeluxeTemplates.net
Wordpress Theme by EZwpthemes
Blogger Templates