WISATA BAHARI LAMONGAN



WISATA BAHARI LAMONGAN


          Wisata Bahari Lamongan merupakan tempat wisata yang berlokasi di kota Lamongan Jawa Timur. Berkunjung ke tempat Wisata Bahari Lamongan dan mencoba berbagai wahana disana sangat mengasikan. Apalagi jika semua kegiatan yang dilakukan bersama keluarga dan sahabat. Akan menambah keseruan dan suasana yang semakin ramai pastinya.
          Wahana yang berada di Wisata Bahari Lamongan tidak kalah seru dengan wahana bermain tetangga sebelah. Ya kalian pasti tau Jatim Park 2 yang berada di kota Batu, Malang. Wisata Bahari Lamongan memadukan konsep wisata bahari yang mana Wisata Bahari Lamongan ini merupakan sebuah pengembangan objek wisata Pantai Tanjung Kodok yang sudah ada sebelumnya.
          Dari tahun ke tahun Wisata Bahari Lamongan tidak pernah sepi pengunjung apalagi kalau musim liburan sekolah telah tiba. Banyak sekolah-sekolah di Jawa Timur menjadikan Wisata Bahari Lamongan sebagai tujuan wisata wajib bagi mereka.
          Tadi merupakan sekilas mengenai Wisata Bahari Lamongan. Nah, kali ini saya akan menceritakan bagaimana serunya berlibu di Wisata Bahari Lamongan bersama keluarga tercinta saya. J
          Lebaran 3 tahun lalu saya beserta keluarga berlibur ke Wisata Bahari Lamongan. Kami kesana didampingi oleh pakde saya dari Surabaya. Pakde saya ini pernah beberapa kali ke Wisata Bahari Lamongan jadi sekalian saja kita minta dianterin kesana.
          Kami berangkat pagi sekali karena takut jalanan menuju kesana macet. Lokasi saya saat ini berada di Bojonegoro Jawa Timur. Jadi perjalanan menuju kesana tidak terlalu jauh tapi karena kadang macet melanda Sidoarjo serta Surabaya jadilah untuk mengantisipasi kami memutuskan berangkat pagi.
          Malemnya kami sudah menyiapkan semua perbekalan untuk dibawa ke Wisata Bahari Lamongan. Karena pagi-pagi kalau baru menyiapkan perbekalan akan terlambat. Ibu membangunkan saya jam 4 pagi karena saya ini tipe anak yang kalau liburan suka bangun sesuka hati. Jadilah pagi ini kepala saya agak nyut-nyutan. Dengan segenap tenaga yang saya kumpulkan saya mulai mebersihkan diri. Setelah selesai membersihkan diri dan sudah rapi siap berangkat saya melanjutkan membantu kedua orang saya memasukan perbekalan.
Setelah semua keluarga saya siap pakde saya juga sudah datang 30 menit sebelum pemberangkatan ke Wisata Bahari Lamongan. Sebelumnya kami sekeluarga dan pakde saya pamit ke nenek. Padahal hati ini merasa sedih meninggalkan nenek sendiri di rumah tapi apa boleh buat perjalanan pulang pergi kali ini cukup melelahkan takut nantinya membuat kesehatan nenek menurun.
Jam 5.30 pagi kami sekeluarga berangkat ke Wisata Bahari Lamongan. Bismillahirohmanirrohim semoga kami sekeluarga diberi kelancaran dalam perjalanan kali ini.
Saya tidak terlalu ingat jam berapa kami sampai di Wisata Bahari Lamongan. Yang saya ingat disana masih pagi mungkin kisaran jam 9 atau 10 pagi. Langsung saja orang tua saya membeli tiket untuk kami semua. Pakde saya tidak ikut masuk ke tempat wisatanya jadilah pakde saya menunggu diluar tempat wisata.
Kami masuk berempat, ada kedua orang tua saya, saya dan adek saya. Saya dengan ibu saya langsung menuju ke rumah hantu. Entah kenapa setiap ke tempat wisata saya akan langsung menuju rumah hantunya padahal saya penakut lohh haha.
Sesampainya kami di depan rumah hantu saya minta dipotokan kan lumayan buat kenang-kenangan hehe. Kami berdua pun mengantri dibarisan. Ternyata selama kami menunggu giliran ada orang bule yang juga iku mengantri.
Setelah menunggu cukup lama kami mulai masuk rumah hantu namanya Rumah Sakit Hantu. Rumah hantu ini sepertinya kalau dilihat dari luar ada 2 lantai. Perjalanan kami cukup panjang dan cukup mengerikan dikarenakan betapa dekatnya jarang antara kami para penguji nyali dengan hantu maupun ruangan tersebut. Setelah keluar dari rumah hantu dengan jantung yang berdebar saya dan ibu memutuskan untuk bertemu ayah dan adik saya.
Sekarang sudah waktunya makan siang jadi kami sekeluarga memutuskan untuk makan siang. Dengan perbekalan yang kami bawa kami menikmatinya di dekat pohon-pohon yang berada di sekitar taman bermain.
Karena sudah kenyang kami melanjutkan petualangan. Kali ini saya menaiki cangkir yang di dalamnya diisi beberapa orang. Dirasa sudah cukup penumpang yang menaiki wahana cangkir ini mulai berputar yang awalnya pelan semakin lama menjadi kencang. Di setiap wahana yang saya, ibu dan adik saya ayah tidak ikut. Ayah lebih senang melihatnya.
Permainan selanjutnya yang saya naiki yaitu speed flid wahana ini cukup ekstrim karena para penumpangnya diputar-putar hampir 180 derajat lebih. Jadi siap-siap saja bagi yang takut ketinggian dan gampang mual untuk menjah dari wahana ini.
Saya naik ini wahana benar-benar ketagihan betapa adrenalin ini dipacu. Sampai-sampai saya teriak-teriak senang. Tapi ada juga pengunjung yang teriak-teriak histerik karena takut dan masih banyak lagi ekpresi serta tingkah laku para pengunjung yang menaiki wahana ini.
Tidak banyak wahana yang saya naiki karena waktu yang semakin sore jadi kami sekeluarga memutuskan untuk keluar dari Wisata Bahari Lamongan. Sesampainya kami di pintu keluar Wisata Bahari Lamongan kami langsung disambut oleh pakde.
Rasanya kurang pas jika kita habis berlibur atau ke tempat wisata tapi tidak membeli oleh-oleh. Jadi kami sekeluarga memutuskan untuk mengunjungi beberapa toko oleh-oleh di depan tempat Wisata Bahari Lamongan.
Banyak macam yang dijual ada baju, gelang, topi dan masih banyak lagi. ibu saya berhenti di salah satu toko baju. Ibu saya mulai melihat beberapa model serta gambar baju-baju yang dipajang di luar maupun di dalam toko. Akhirnya setelah dirasa pas ibu saya membelikan 1 setel baju untuk adik saya dan 1 baju untuk saya.
Saya pun mulai ikut antusias untk melihat beberapa souvenir gelang di samping toko yang dikunjungi oleh ibu. Jadilah saya cukup lama menghabiskan waktu memilih gelang mana yang akan saya beli. Akhirnya karena disuruh cepet saya pun mulai acak memilih gelangnya. Saya membeli 3 buah gelang satu untuk saya dan 2 lagi untuk sahabat saya.
Setelah keperluan kami akan oleh-oleh sdah terpenuhi kami memutuskan kembali ke mobil untuk melakukan perjalanan kembali ke rumah. Selama perjalanan saya terus memandangi kaca mobil.
Di jalan sudah terlihat ramai dan beberapa tempat yang kami lewati bahkan sudah macet. Huh mau dimana pun kalau ujung-ujungnya namanya kota pasti macet. Mana sekarang masuk musim liburan.
Waktu terus bergulir hingga malam mulai datang dan bulan menunjukkan cahaya indahnya. Kami semakin mendekati rumah. Saya yang tinggal di pedesaan ini mulai merasakan bagaimana indahnya desa daripada kota.
Di desa mau liat bintang dan bulan tidak akan terhalangi oleh gedung-gedung maupun rumah bertingkat. Benar-benar indah hingga saya mengabadikannya dalam beberapa kali jepret. Beberapa dari jepretan saya post di media sosial yang saya punya.

BATARA GURU



BATARA GURU

Batara Guru di dunia perwayangan merupakan seorang  pemuka para dewa yang bertugas memerintah khayangan, yaitu alam yang dihuni para dewa. Dalam seni wayang kulit purwa, Batar Guru dilukiskan berkaki empat, bertaring kecil, berleher biru, kakinya apus(semacam penyakit polio), dan hampir selalu mengendarai Lembu Andini. Batar Guru juga dikenal dengan nama lain, yakni Sang Hyang Manikmaya, Sang Hyang Caturbuja, Sang Hyang Otipati, Sang Hyang Jagadnata, Nilakanta, Trinetra, Girinata dan masih banyak lagi.


Dalam perwayangan Batara Guru memiliki 2 saudara, Hyang Maha Punggung dan Hyang Ismaya. Ayah Batara Guru bernama Sang Hyang Tunggal. Ibunya Dewi Rekatawati. Suatu ketika Dewi Rekatawati melahirkan anak berwujud sebutir telur yang memancarkan cahaya terang. Dengan kesaktian yang dimilikinya Hyang Tunggal mengubah wujd telr itu. Kulit telurnya berubah menjadi Hyang Maha Punggung dianggap sebagai anak sulung. Putih telurnya menjadi Hyang Ismaya dianggap sebagai anak nomor dua. Dan tetakhir kning telur menjadi Hyang Manikmaya dianggap sebagai anak bungsunya. Kedua kakak Batara Guru ditugaskan untuk menjadi pamong umat manusia di dunia, sedangkan Batara Guru (Sang Hyang Manikmaya) bertugas mengepalai para dewa di khayangan.


Pada mulanya ketiga bersaudara ini saling memperebutkan hak menjadi penguasa penguasa di alam khayangan. Karena tidak ssatu pun di antara mereka yang mau mengalah, Sang Hyang Tunggal lalu memberikan syarat, siapa di antara ketiganya yang dapat menelan Gunung Mahameru, lalu memuntahkannya kembai dalam keadaan utuh ialah yang berhak memerintah khayangan. Syarat dan ujian berat ini disetujui oleh ketiga bersaudara itu. Sebagai anak yang dianggap sulung, Sang Hyang Maha Punggung memperoleh kesempatan pertama untuk membuktikan kesaktiannya. Ia mencoba menelan Gunung Mahameru. Dikerahkannya segala kesaktian yang dimilikinya. Tetapi sampai mulutnya robek, gunung itu tidak dapat masuk ke dalam mulutnya. Akhirnya terpaksa ia menyerah kalah. Giliran kedua, dengan mengerahkan seluruh kesaktiannya Sang Hyang Ismaya mencoba menelan Gunung Mahameru itu. Ia berhasil. Namun ketika berusaha memuntahkannya kembali ia tidak sanggup. Lalu dicobanya untuk mengeluarkan Gunung Mahameru itu lewat jalan anus, juga tidak bisa. Gunung itu malahan tetap bersemayam dalam pantatnya. Akibatnya, Sang Hyang Manikmaya tidak mendapat kesempatan mencobakan kesaktiannya. Karena itu Sang Hyang Tunggal lalu menetapkan Manikmayalah yang berhak memerintah kahyangan. Keputusan Sang Hyang Tunggal ini diterima baik oleh Sang Hyang Maha Punggung maupun Sang Hyang Ismaya.


Bagi penganut agama Hindu Batara Guru adalah sebutan lain dari Batara Siwa. Karena agama Hindu yang pertama-tama menyebar ke Indonesia adalah ajaran Resi Agastya dari Sekte Saiwa (Syaiwa, Syiwa, atau Siva), untuk menghormati dan mengagungkannya, Resi Agastya disebut pula Batara Guru. Tetapi dalam pewayangan, khususnya jenis-jenis Wayang Purwa yang tersebar di Pulau Jawa, Batara Guru sering diberi kesan berbeda dengan Batara Siwa atau Siwah. Lagi pula, sebagai salah satu tokoh wayang, walaupun tergolong dewa, Batara Guru bukanlah makhluk yang sempurna. Seperti juga manusia dan dewa lainnya, ia pun sering berbuat salah. Dalam berbagai lakon Wayang Purwa, Batara Guru diceritakan beberapa kali tidak dapat mengendalikan nafsu birahinya, amarah, dan dendamnya.


Bahkan menurut Serat Kanda, Manikmaya disebut sebagai iblis yang bernama Idajil, yang mengaku-aku dan merasa dirinya sebagai Tuhan. Namun pengertian bahwa Batara Guru adalah Idajil seperti itu tidak pernah ditampilkan dalam pergelaran dan hanya disebut-sebut dalam sebagian buku pewayangan. Dalam pewayangan, banyak tindakan Batara Guru yang dikoreksi oleh Batara Narada dan juga oleh Ki Lurah Semar, walaupun kedudukannya dalam pewayangan adalah pemuka para dewa.


Sementara itu, menurut S. Probohardjono, budayawan ahli wayang di Surakarta, yang juga dikenal dengan nama K.R.T. Mloyodipuro, dalam bukunya Pakem Pedalangan Lampahan Wayang Purwa, menceritakan lain lagi. Dalam lakon Jagad Ginelar atau Manik Maya. diceritakan ketika alam semesta belum ada apa-apa, bahwa Yang Maha Kuasa (tidak dirupakan dalam bentuk apa pun) mencipta sesuatu ujud. Dibarengi dengan suara mendengung, muncul suatu sumber cahaya berbentuk telur, melayang-layang. Ujud seperti telur itu kemudian dicipta lagi. Kulitnya menjadi bumi dan langit, bagian putihnya menjadi cahaya dan teja, sedangkan bagian kuningnya menjadi manik dan maya. Setelah alam semesta selesai terwujud, cahaya, teja, manik dan maya diubah bentuknya menjadi empat orang bambangan tampan. Cahaya atau cahya dinamai Batara Nurrada atau Narada; teja disebut Batara Teja atau Batara Antaga; manik dinamakan Batara Manik atau Batara Guru, sedangkan maya disebut Batara Maya atau Batara Ismaya. Jadi, menurut versi ini, Batara Guru dan Batara Narada adalah bersaudara. Dan, keempat dewa itu merupakan makhluk pertama yang diciptakan oleh Yang Maha Kuasa. Versi ini kurang lazim dipergelarkan dalam pewayangan.


Batara Guru tinggal di Kahyangan Jong Giri Kelasa, yang dalam pewayangan wring diucapkan Jonggring Salaka atau Suralaya. Ia beristri Dewi Uma atau Umayi. Dewi Uma yang cantik jelita lagi pula Sakti, pada mulanya tidak bersedia menjadi istri Batara Guru, kecuali apabila pemuka para dewa itu berhasil menangkapnya. Mereka pun berkejaran. Berkali-kali Batara Guru hampir dapat menangkap wanita cantik itu, tetapi Dewi Uma selalu saja dapat meloloskan diri. Tubuh Dewi Uma licin bagaikan belut, lagi pula gerakannya amat lincah dan gesit. Akhimya Batara Guru memohon pada Hyang Wenang, kakeknya, agar ia diberi tambahan sepasang tangan lagi yang diharapkan dapat membantu menangkap wanita cantik itu. Sesudah tangan Batara Guru menjadi empat, barulah Dewi Uma berhasil ditangkap. Dan sesuai dengan janjinya, Dewi Uma bersedia diperistri. Karena bertangan empat itulah maka Batara Guru kemudian juga dipanggil Sang Hyang Caturbuja.


Suatu saat Batara Guru bertengkar hebat dengan istrinya. Yang dipertengkarkan adalah peristiwa yang terjadi di atas samodra, saat mereka berkelana mengendarai Lembu Andini. Pada senja hari itu Batara Guru ingin bercumbu kasih dengan Dewi Uma di punggung Lembu Andini, namun istriya menolak. Pada peristiwa itu jatuhlah kama (benih hidup - mani) Batara Guru ke dasar samudra. Penolakan istrinya itu membuat Batara Guru merasa kesal. Waktu mereka telah kembali ke kahyangan, Batara Guru mengumpat istrinya. Dewi Uma tidak mau dipersalahkan, dan mereka pun bertengkar. Ketika pertengkaran makin memuncak, dengan kesal Dewi Uma berkata: "Kelakuan Kakanda hanya pantas dilakukan oleh makhluk yang bertaring ......" Karena Dewi Uma sebenarnya juga tinggi kesaktiannya, kata-katanya segera menjadi kenyataan. Saat itu juga taring gigi Batara Guru tumbuh memanjang. Batara Guru makin marah, dan membalas mengutuk Dewi Uma sehingga istrinya itu berubah ujud menjadi raksasa. Setelah saling mengutuk keduanya merasa menyesal, namun nasi telah menjadi bubur. Batara Guru kemudian memberi nama baru pada Dewi Uma dengan sebutan Batari Durga.


Sementara itu kama benih Batara Guru yang jatuh di dasar samodra menjelma menjadi makhluk ganas yang mengerikan. Makhluk itu membuat keonaran di dunia. Para dewa yang mencoba menghadapi makhluk ganas itu tidak berhasil mengatasinya. Merka melarikan diri kembali ke kahyangan. Si Makhluk Ganas segera menyusul para dewa yang melarikan diri itu, dan akhirnya berhadapan langsung dengan Batara Guru. Kepada Batara Guru makhluk itu mengajukan tuntutan, minta diakui sebagai anak Batara Guru, minta nama dan diberi seorang istri. Batara Guru mengabulkan semua tuntutannya. Makhluk itu diakui sebagai anaknya, diberi nama Batara Kala, dan Batari Durga ditunjuk menjadi istri untuk mendampingi Batara Kala. Tetapi yang menjadi istri Batara Kala hanyalah badan jasmani Batari Durga, sebab jiwanya telah diganti dengan jiwa Batari Gendeng Permoni, seorang dewa perempuan yang amat cantik tetapi berhati dengki. Badan jasmani Batari Permoni yang cantik jelita digunakan oleh jiwa Dewi Uma. Dengan demikian Batara Guru tetap beristri wanita cantik. Batari Durga yang jiwanya telah diganti dengan jiwa Batari Permoni dan Batara Kala diperintahkan menghuni Setra Gandamayi (Gandamayit). Mereka diberi kekuasaan memerintah makhluk golongan jin, hantu, gandarwa, dan sejenisnya.


Sementara itu, menurut Serat Kandhaning Ringit Purwa, istri Batara Guru bukan hanya Dewi Uma seorang. Ia juga mempunyai istri yang lain, bernama Dewi Gariti. Dari Dewi Gariti, Batara Guru mendapat dua orang anak, yakni Batara Brama dan Batara Cakra. Sedangkan dari Dewi Uma, pemuka dewa itu mendapatkan anak Batara Basuki dan Batara Wisnu.


Dalam menjalankan pemerintahan di kahyangan Batara Guru dibantu oleh Sang Hyang Kanekaputra atau Batara Narada. Dalam pewayangan Batara Narada sering bertindak lebih bijaksana dibanding dengan Batara Guru. Sebagai pemuka dewa, Batara Guru sering bertindak menuruti nafsu. Ia mudah tergiur wanita cantik, mudah marah, mudah terbujuk, mudah iri hati, padahal ia memiliki kesaktian yang tinggi. Dalam berbagai tindakan yang salah, Batara Guru sering mendapat teguran dari Semar. Dan, akibat perbuatannya sendiri, dalam beberapa lakon, pemuka dewa itu juga sering dipermalukan manusia. Misalnya, dalam lakon Sasikirana, Batara Guru menyaru sebagai manusia agar bebas berasyik-masyuk dengan Dewi Dursilawati adik Duryudana di Keputren Astina. Skandal yang dilakukan pemuka dewa itu akhirnya tertangkap basah oleh Bambang Caranggana, salah seorang anak Arjuna. 


Pada Wayang Kulit Purwa, Batara Guru dilukiskan bertangan empat, dua tangan di antaranya menggegam senjata. Ia mempunyai tiga mata, satu di antaranya berfungsi sebagai senjata yang dapat memancarkan sinar panas yang menghanguskan. Karena matanya tiga, Batara Guru disebut juga Sang Hyang Trinetra.


Peraga Wayang Kulit Purwa ini mendapat perlakuan istimewa dibandingkan dengan tokoh wayang lainnya, karena dianggap keramat. Wayang Batara Guru biasanya di selubungi kain satin warna kuning atau putih. Sebelum dimainkan, wayang itu diasapi dulu dengan kemenyan. Di daerah Surakarta dan Yogyakarta, dan juga di daerah lain, tidak setiap perajin penatah dan penyunging Wayang Kulit Purwa berani mengerjakan pembuatan sosok peraga wayang Batara Guru. Biasanya, para perajin mengadakan berbagai sesajen dulu sebelum mulai membuatnya.


Batara Guru mempunyai banyak anak. Namanama anaknya, seringkali berbeda antara buku wayang yang satu dengan lainnya. Namun beberapa nama anak Batara Guru yang sering disebut-sebut dalam pewayangan di antaranya adalah, Batara Sambo, Batara Brama, Batara Endra, Batara Bayu, Batara Wisnu, Batara Kala, Batara Sakra, Batara Asmara, Batara Mahadewa, dan Anoman. Dua ia antara anak-anaknya itu adalah anak yang kelahirannya tidak disengaja, yakni Batara Kala dan Anoman.


Dalam pewayangan, kelahiran Anoman pun terjadi akibat Batara Guru tidak mampu menahan nafsu birahinya. Suatu saat ketika pemuka dewa itu sedang terbang melanglang di atas Telaga Nirmala, ia melihat seorang wanita muda sedang tapa nyantoka (bagai seekor katak) merendam diri di telaga tanpa busana, dan hanya makan benda yang dihanyutkan air ke dalam mulutnya saja. Pemuka dewa itu tergiur melihat wanita tanpa busana itu. Karena tidak sanggup menahan nafsu birahi, jatuhlah kama benih Batara Guru. Kama benih itu menimpa sehelai daun asam muda (Orang Jawa menyebutnya sinom). Daun asam yang mengapung di permukaan air itu hanyut dan masuk ke mulut Sang Pertapa, yakni Dewi Anjani. Maka seketika itu juga Dewi Anjani berbadan dua. Karena tuntutan Dewi Anjani, Batara, Guru bersedia bertanggungjawab atas kehamilan itu. Bayi yang kemudian lahir berujud kera berbulu putih dan diberi nama Anoman. 


Menurut cerita pewayangan, warna biru pada leher Batara Guru disebabkan karena pemuka dewa itu pernah meminum racun. Waktu itu, dalam usaha mendapatkan Tirta Amerta, atau Air Kehidupan - anti mati, tanpa sengaja Batara Guru meminum air racun, yang dikiranya Tirta Amerta. Namun sebelum air racun tertelan, ia sempat memuntahkannya. Racun pekat yang telah sampai ke kerongkongannya itu menyebabkan lehernya berwarna biru. Itulah sebabnya Batara Guru dijuluki Sang Hyang Nilakanta. Nila artinya biru, sedangkan kanta artinya leher. Sedangkan kakinya yang terserang penyakit apus (semacam polio), menurut Kitab Paramayoga, disebabkan hukuman dari Tuhan. Ketika Nabi Isa (Yesus) lahir, berita kelahirannya tersebar luas ke segala penjuru, sampai ke telinga Batara Guru. Untuk menyaksikan sendiri bayi yang terkenal itu ia datang menjenguk. Waktu itu Nabi Isa baru berumur sebulan. Setelah menyaksikannya, Batara Guru berucap: "Bayi sudah berumur sebulan kok belum juga bisa berjalan, seperti manusia biasa saja ...". Kata-kata yang bernada meremehkan itulah yang menyebabkan pemuka dewa itu mendapat hukuman dari Tuhan dan menderita penyakit apus, semacam polio zaman sekarang. Itulah pula sebabnya, dalam pewayangan ia hampir selalu digambarkan selalu mengendarai Lembu Andini.


Di Bali, Batara Guru yang lebih lazim disebut Batara Syiwa, mengutuk Dewi Uma menjadi raseksi bukan karena persoalan penolakan hasrat cinta di punggung Lembu Andini, tetapi karena persoalan lain. 


Menurut pedalangan gagrak Yogyakarta, cacat kaki Batara Guru diakibatkan perkelahiannya dengan Kala Mercu, seorang raja gandarwa dari Nusa Tembini. Waktu itu Batara Guru terlempar jauh, dan jatuh di Gunung Tengguru. Akibat terhempas keras ketika jatuh itu kakinya cacat. Suatu saat Batara Guru menyaksikan Dewi Uma dan beberapa bidadari lainnya, tengah asyik menjilati darah Rare Kumara yang sedang terluka. Rare Kumara adalah salah seorang putra Batara Guru atau Batara Syiwa. Karena marah, Batara Guru mengutuk Dewi Uma dan bidadari-bidadari itu menjadi raksasa, serta mengusirnya dari kahyangan.


Dalam pedalangan Wayang Purwa, khususnya di Pulau Jawa, Batara Guru juga tergolong dewa yang punya sifat pendendam. Di antara korban dendamnya adalah Prabu Pandu Dewanata dan Begawan Bagaspati. Pandu bersama istrinya, Dewi Madrim, dikutuk masuk neraka karena dianggap bersalah telah lancang, berani mengajukan permintaan untuk meminjam Lembu Andini untuk bersenang-senang dengan istrinya, Dewi Madrim. Sedangkan Begawan Bagaspati dikutuk akan mati dibunuh menantunya, juga karena dianggap lancang mengatakan ingin memperistri Dewi Uma. Selain mengutuk, Batara Guru juga menciptakan makhluk ganas bernarna Candrabirawa untuk membunuh Begawan Bagaspati, tetapi tak berhasil.


Dalam seni kriya Wayang Kulit Purwa gagrak Surakarta dan Yogyakarta, tokoh Batara Guru dirupakan dalam tiga wanda, yakni wanda Reca, wanda Rama, dan wanda Karna. Berbeda dengan seni kriya wayang di Yogyakarta dan Surakarta, peraga Batara Guru Wayang Kulit Purwa gagrak Jawatimuran dilukiskan sedang menunggang Lembu Andini yang sedang dalam posisi berdiri. Tetapi selain itu, beberapa seniman Wayang Kulit Purwa juga menciptakan wanda-wanda baru.


Peraga wayang Batara Guru dalam perangkat Wayang Kulit Purwa, sering dianggap sebagai wayang tindih, artinya wayang dianggap paling tua, paling dihormati, dan tidak boleh diperlakukan sembarangan. Bahkan banyak di antara pemilik perangkat wayang dan dalang, yang menganggap tokoh peraga wayang Batara Guru itu keramat. Itulah sebabnya, dalam keadaan tidak dimainkan, peraga wayang itu dibungkus dengan kain putih atau kain berwarna emas.

MERPATI PUTIH



MERPATI PUTIH

 
Di dunia ini kejahatan bukanlah hal yang tabu. Bahkan di Indonesia sendiri kejahatan sudah menjadi bagian hidup. Kejahatan sering terjadi di kota-kota besar. Pelaku dari kejahatan tidak jauh dari orang-orang sekitar kita. Pemicu dari kejahatan ini adalah adanya kesempatan. Dalam melakukan aksinya kejahatan tidak pandang bulu mulai dari anak tk sampai orang lanjut usia bisa menjadi korban.


Dalam melawan kejahatan kita tidak seharusnya membawa senjata tajam tetapi kita bisa membawa stundgun atau cabe semprot hal ini untuk berjaga-jaga. Kata orang sedia payung sebelum hujan. Bukan hanya dengan kita membawa alat pelindung diri kita juga mesti melakukan antisipipasi dengan beberapa hal contoh tidak memamerkan benda berharga seperti memakai perhiasan secara berlebih. 
          Bagaimana jika kita lupa membawa alat pelindung diri? Apakah kita harus teriak saat mengalami kejahatan? .Mungkin sebagian orang berpikir cara ini ampuh tapi perlu anda ketahui bisa saja pelaku kejahatan membawa senjata tajam dan mengancam anda jika teriak anda akan ditembak/ditusuk. Pada saat inilah kita perlu ilmu bela diri.


          Ilmu bela diri memang tidak wajib tapi bila bisa menguasainya alangkah lebih bagus. Karena ada saatnya kejahatan menimpa kita tanpa kita ketahui kapan dan dimana serta siapa pelakunya.


Indonesia sendiri memiliki ilmu bela diri yang tidak kalah kerennya dengan luar negeri. Pencak silat itulah nama ilmu bela diri tersebut. Pencak silat sudah ada sejak jaman dulu bahkan sudah pernah difilmkan. Banyak perguruan pencak silat di Indonesia. Salah satunya bernama Merpati Putih.

Dalam menuntut ilmu Merpati Putih melakukannya dengan realitas dan logis tidak ada mantra dan klenik. Kemampuan para pesilat Merpati Putih dalam mematahkan benda-benda keras seperti baja, beton dan sebagainya didapat dari zat Adenose Tripospat (ATP).


Bernapas merupakan kegiatan sehari-hari yang pasti kita lakukan. Menghirup napas bisa dikatakan sebagai usaha membersihkan paru-paru. Peristiwa pernapasan melibatkan oksigen (zat asam), sehingga terjadilah peristiwa kimiawi yang disebut oksidasi dan menimbulkan panas atau energi.

Dalam teori listrik, kekurangan satu elektron dari satu atom akan menimbulkan gaya listrik. Ketika kita menghirup napas yang kemudian ditahan, akan terjadi pula kekurangan zat asam. Pada saat berlangsung kekurangan ini, timbul satu zat baru yang sangat aktif untuk membantu mempercepat pengulangan peristiwa kimiawi tadi. Zat ini dikenal sebagai Adenose Triposphat atau disingkat ATP. Tenaga yang ditimbulkan ATP ini adalah 5 kali tenaga yang dihasilkan oleh peristiwa oksidasi itu sendiri.

Untuk mendapatkan ATP diperlukan syarat-syarat, seperti penegangan otot, kemudian digabungkan dengan kemampuan psikis dan biologis. Kalau proses oksidasi ters berulang dengan cepat maka akan timbul getaran. Getaran bisa ditingkatkan frequensinya bila kita mengenal ciri-cirinya. Teknik getaran inilah yang dimanfaatkan Merpati Putih untuk memecahkan benda-benda keras seperti balok es atau beton cor.

Dengan mengirim getaran lewat tangan, kaki atau kepala akan mempengaruhi susunan molekul pada benda yang akan dipatahkan. Pada saat molekul pada garis yang kita jadikan sasarna itu berada dalam keadaan labil, maka sasaran itu kita hantam. Jadi yang terpenting disini bukan kekuatan tetapi momentum pukulan.

Dengan alat yang disebut osciloscope telah berhasil dideteksi lima macam getaran yang ada pada murid Merpati Putih. Sedangkan menurut Dewan Guru masih ada getaran keenam, tetapi masih dalam taraf pengujian. 

SEJARAH MERPATI PUTIH. Ilmu Merpati Putih diwariskan secara turun-menurun pada masa Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun Kanjeng Susuhunan Pangeran Prabu Mangkurat Ingkang Jumeneng Ing Kartosuro di lingkungan kelarga. Latar belakang didirakannya PPS Betako Merpati Putih adalah hasil pengamatan Sang Guru, Saring Hadi Poernomo pada awal tahun 1960-an yang prihatin terhadap perkembangan kehidupan generasi muda yang terkotak-kotak membentuk kelompok-kelompok yang mencerminkan rapuhnya persatuan dan kesatuan bangsa. Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 adalah milik bangsa Indonesia, oleh karena itu setiap warga negara Indonesia mempunyai tanggung jawab, hak, dan kewajiban yang sama dalam melestarikan kehidupan bangsa dan mencapai tujuan negara. Seni budaya Indonesia yang mencerminkan nilai-nilai luhur bangsa merupakan kekayaan bangsa Indonesia yang harus dibina dan dikembangkan guna memperkuat penghayatan dan pengamalan Pancasila, kepribadian bangsa, mempertebal harga diri dan kebanggaan nasional serta memperkokoh jiwa persatuan.


Atas dasar hal tersebut tergerak hati nurani beliau untuk berbuat sesuatu demi kecintaannya pada nusa, bangsa, dan negara. Sumbangsih beliau hanya didasari keyakinan bahwa "sikap dan perbuatan sekecil apapun, apabila dilandasi oleh itikad baik pasti akan ada hasilnya". Keyakinan tersebut hingga kini menjadi semboyan perguruan yaitu: SUMBANGSIHKU TAK SEBERAPA NAMUN KEIKHLASANKU NYATA.


Dalam mengembangkan ilmu beladiri ini Sang Guru mengamanatkan empat sikap, watak, dan perilaku yang harus ditumbuhkan yaitu: (1) rasa jujur dan welas asih, (2) percaya pada diri sendiri, (3) keserasian dan keselarasan dalam penampilan sehari-hari, dan (4) menghayati dan mengamalkan sikap itu agar menimbulkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berdasarkan amanat Sang Guru, kedua pewaris yang juga puteranya, yaitu Poerwoto Hadi Poernomo dan Budi Santoso Hadi Poernomo bertekad mengambil langkah nyata dalam pengabdian kepada bangsa dan negara Republik Indonesia dengan mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu yang dimiliki keluarga untuk kepentingan nasional.


Atas berkat dan rakhmat dari Tuhan pada tanggal 2 April 1963 di Yogyakarta, kedua pewaris membentuk Perguruan Pencak Silat Beladiri Tangan Kosong MERPATI PUTIH dengan filosofi MERSUDI PATITISING TINDAK PUSAKANE TITISING HENING, yang secara harafiah berarti "Mencari sampai mendapat tindakan yang benar dalam ketenangan".

Pada periode 1995-1998 ini Ketua umum organisasi PPS Betako MERPATI PUTIH adalah Letjen TNI (Purn) Solihin GP, sedangkan Dewan Pembinanya adalah Bapak Surono, Bapak Tjokropranolo, Bapak Sugiarto, Bapak Ismail Saleh, SH., Bapak Ir. Azwar Anas, Bapak Ir. Hartarto, dan Bapak Eddy M. Nalapraya.

FILOSOFI. Merpati Putih, sebuah nama yang mengandung arti luas dan mendalam, singkatan dari "Mersudi Patitising Tindak Pusakane Titising Hening, yang secara harafiah dapat diartikan dengan "Mencari sampai mendapatkan tindakan yang benar dalam ketenangan". Ungkapan tersebut kemudian menjadi dasar filosofis perguruan yang menggambarkan semangat dan dinamika anggota dalam mengarungi bahtera kehidupan.

Masih banyak yang perlu dipahami oleh anggota dalam kaitannya dengan filosofis perguruan serta hal-hal yang terkandung dalam EMPAT SIKAP, WATAK DAN PERILAKU. Masih banyak pula yang harus dikerjakan oleh pengurus di seluruh jajaran organisasi agar pengkajian, penghayatan dan pelaksanaannnya dapat memberikan manfaat bagi manusia.


TRY-PRASETIA adalah janji yang harus diucapkan oleh setiap anggota yang menunjukkan tekad mereka akan sebuah kesepakatan. Keterikatan dan peran serta baik pribadi maupun bersama dengan anggota lain adalah suatu konsensus, yang meliputi:
 

1.      Taat dan Percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa
2.     Mengabdi dan berbakti kepada Nusa, Bangsa dan Negara Indonesia

3.     Setia dan taat kepada perguruan
Dalam rangka meningkatkan peran serta anggota terhadap misi Merpati Putih serta peran serta perguruan dalam pembinaan dan pengembangan budaya bangsa Indonesia, ditetapkan semboyan yang diharapkan memotivasi perwujudan peran serta tersebut, yaitu : SUMBANGIHKU TAK SEBERAPA NAMUN KEIKHLASANKU NYATA.

Dengan demikian tanggung jawab tersebut tidak hanya berlaku bagi diri pribadi tapi lebih jauh lagi adalah kewajiban perguruan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

AMANAT SANG GURU. Saat ini aku merasa ada harapan mampu mewariskan ilmu-ilmu yang kumiliki ini kepadamu. Akan tetapi bukan berarti sampai disini saja tujuannya. Dan mulai saat ini pula kita harus memberanikan dari mengamalkan ilmu tersebut demi kepentingan masyarakat banyak.


Artinya, ilmu ini tidak hanya diturunkan kepada keluarga saja, melainkan dikembangkan juga untuk kepentingan masyarakat. kembangkanlah untuk kepentingakn Nasional. Amalkan untuk kepentingan Nusa, Bangsa dan Negara Republik Indonesia.

Sebab dengan cara kita berusaha mengembangkan budaya bangsa, sama artinya kita mempertahankan identitas bangsa. Karena budaya adalah salah satu unsur perwujudan kepribadian bangsa.

Pencak silat sebagai alah raga bela diri besar manfaat dan faedahnya dalam pembentukan diri dan pribadi. "Diri melihat bentuk fisik, yang artinya kondisi fisik sehat, sedang pribadi, dilihat dari segi penampilan, sikap budi, yang lebih cenderung disebut : sikap mental dan moral".

Empat sikap watak dan prilaku yang menjadi banyak orang belajar pencak silat :
1.      Akan menumbuhkan rasa jujur dan welas asih.
2.     Menumbuhkan rasa percaya pada diri sendiri sebab didasarkan pada kemampuan yang dimikliki diri pribadi.
3.     Dalam mempelajari pencak silat akan mendalami masalah keserasian dan keselarasan gerak, dan hal ini terwujud dalam sikap serta penampilannya sehari-hari.
4.     Bagi pesilat yang benar-benar menghayati apa yang didapatkan dari sistem pelajaran akan menimbulkan ketakwaan terhadap Tuhan yang Maha Esa.


"Kepribadian yang kuat, memahami hidap dalam kehidupan"


PENDIDIKAN DAN LATIHAN. Pendidikan dan latihan di dalam PPS Betako Merpati Putih meliput
v                             Pendidikan dan latihan keterampilan dalam Seni Beladiri dan tata pernapasan
§                              - Senam Peregangan
§                              - Senam Pemanasan
§                              - Nafas Pengolahan
§                              - Nafas Pembinaan
§                              - Nafas Penghayatan


v                       Pendidikan dan latihan bidang kepemimpinan dan atau organisasi, serta pendidikan latihan bidang intelektual lainnya.


Lama pendidikan setiap tahap, bergantung pada tingkatan yang berhasil dicapai. Setiap tingkatan mempunyai seragam latihannya serta materi dan tahap pencapaian yang berlainan.


1.         Tingkat MUDA : Tanda tanpa tingkatan
2.         Tingkat DEWASA : Strip merah
3.         Tingkat MADYA : Strip Jingga
4.         Tingkat WIYATA : Strip Kuning
v  Dari tingkat Muda sampai dengan tingkat Madya, periode latihan adalah 4 (empat) bulan untuk setiap tingkat.
      Pada tingkat wiyata, tidak ada batas periode latihan, dalam hal mana siswa pada tingkatan ini diarahkan untuk :

      - Mengikuti Program Latihan Prestasi
      - Tetap ditingkat Wiyata untuk pembinaan dan pendalaman serta untuk berperan serta dalam pengembangan kelompok kebugaran 

Sasaran Pendidikan dan Latihan : 
- Kondisi bugar 
- Penyembuhan / pengobatan
- Peningkatan Stamina
- Peningkatan Daya Tahan Fisik
Write here, about you and your blog.
 
Copyright 2009 Siti Evi N All rights reserved.
Free Blogger Templates by DeluxeTemplates.net
Wordpress Theme by EZwpthemes
Blogger Templates